Hilangnya Budaya Malu

Senin, 22 Oktober 2012

sumber foto: google.com

     Pada hakekatnya, setiap manusia memiliki rasa malu dalam dirinya. Malu di sini adalah malu untuk berbuat tidak sesuai norma kehidupan. Namun sayangnya, hari ini, manusia-manusia di bumi tanpa malu melanggar norma kehidupan yang ada.
     Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk terbanyak se-Asia Tenggara memiliki masyarakat yang memiliki budaya masing-masing. Pada dasarnya, tiap budaya mengajarkan untuk memiliki rasa malu, yaitu malu apabila melanggar aturan adat. Namun, entah bagaimana, rakyat Indonesia makin hari makin mengubah tujuan malu mereka. Contohnya dari kalangan pelajar, banyak bahkan hampir semuanya tak malu melanggar aturan misalnya menyontek. Sedangkan rasa malu mereka berubah tujuan menjadi malu untuk menaati tata tertib sekolah dengan alasan bila mereka menaati tata tertib sekolah, mereka akan di cap 'cupu'. Hingga akhirnya mereka dengan bangga melanggar aturan seperti menyontek, korupsi waktu, merokok di sekolah, merusak sarana dan prasarana sekolah, hingga terlibat tawuran.
     Tidak hanya pada kaum pelajar, mahasiswa sekarang pun tak tahu malu saling tawur antarmahasiswa, bahkan mahasiswa tersebut adalah mahasiswa satu universitas. Mereka saling menghujam senjata pada lawannya tanpa ampun. Hal ini terjadi akibat rasa solidaritas yang ketinggian terhadap teman satu geng untuk melawan geng lain yang telah mengusik teman mereka. Apakah ini yang disebut rasa solidaritas sesama teman? Solidaritas yang harus diakhiri dengan kekerasan tanpa ampun?
     Para pejabat pun tak ketinggalan kehilangan rasa malu mereka. Mereka tanpa malu bertindak tidak sesuai norma yang ada. Bahkan baru-baru ini, terdapat berita bahwa seorang camat tanpa malu mengakses foto-foto syur melalui bbm di tengah rapat yang ia ikuti. Sungguh ironis ketika menyaksikan seorang petinggi negara melakukan hal yang tak pantas.
     Tidak hanya itu, banyak para para pejabat melakukan tindak pidana, dan yang paling sering dilakukan ialah tindak pidana korupsi uang. Ketika KPK mampu mengendus perbuatan mereka, dengan gesit mereka mengelak dan memutar balikkan fakta. Mereka kemudian mengerahkan seluruh kekuatan agar bisa lolos dari kerahuan itu. Dan dari sinilah, muncul lagi orang-orang yang tanpa malu. Mereka adalah oraang-orang yang lagi-lagi karena solidaritas yang ketinggian membela para koruptor. Padahal sudah jelas, sang koruptor telah dikatahui umum telah berbuat tindak pidana korupsi.
      Selain korupsi uang, para pejabat pun mampu melakukan korupsi lain, yaitu korupsi waktu. Terlihat jelas ketika para petinggi melaksanakan rapat rutin, banyak dari merka tidak menghadirinya dengan berbagai alasan. Dan alhasil, rapat pun berjalan dengan banyak kursi kosong di ruangan.
      Tidak hanya korupsi, para pejabat negara pun tanpa malu melanggar peraturan yang mereka buat sendiri. Lihatlah di jajaran DPR, terlihat adanya tanda "kawasan tanpa rokok", namun tetap saja, banyak anggota DPR melanggar aturan tersebut. Apakah benar kata orang, aturan dibuat untuk dilanggar?
      Bagaimana Indonesia bisa menjadi negara yang kuat, bila masyarakatnya saja malu untuk berbuat sesuai norma yang ada? Malu untuk maju? Malu untuk benar? Malu untuk memiliki solidaritas sama warga Indonesia? Ayo sebagai warga Indonesia, mari kita jaga rasa malu kita malu untuk berbuat tidak baik, malu untuk berkata benar, agar Indonesia mampu menjadi negara yang tinggi di mata dunia.
     

4 comments:

Anonim mengatakan...

sudah pada gak tau malu.
jaman sudah berubah, efek globalisasi

Unknown mengatakan...

Prestasi YES
Malas NO
:D

Suhari mengatakan...

banyak orang yang malu untuk melaksanakan kewajiban sehingga mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik

Nuraida mengatakan...

@anonim: globalisasi dengan pemuda/i yang gak bisa menjaga adat :O

@Ngazuma Faila: YEAH, sip

@Suhari: betul betul betul.. :D

Glitter Words

Recent Posts

Recent comments