Jaman Edan

Senin, 22 Oktober 2012





pancen wolak-waliking jaman
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha
 
     sungguh zaman gonjang-ganjing
     menyaksikan zaman gila
     tidak ikut gila tidak dapat bagian
     yang sehat pada olah pikir
     para petani dibelenggu
     para pembohong bersuka ria
     beruntunglah bagi yang lupa,
     masih beruntung yang ingat dan waspada

ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu 

     raja tidak menepati janji
     kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya
     banyak rumah di atas kuda
     orang makan sesamanya
     kayu gelondongan dan besi juga dimakan
     katanya enak serasa kue bolu
     malam hari semua tak bisa tidur



       Penggalan ramalah Jaman Edan oleh Jayabaya diatas sangatlah tepat dengan kehidupan dunia sekarang. Jaman edan, dimana orang-orang yang tidak ikut edan, tak akan mendapat apa-apa. Itulah yang dialami oleh masyarakat dunia juga Indonesia di berbagai lapisan.

        Lapisan pertama, kaum pelajar, baik murid, pelajar, siswa, maupun mahasiswa. Mereka harus menjadi edan agar menjadi yang terbaik. Buktinya ialah, mereka terpaksa harus ikut menyontek karena bila tidak, meraka akan dikalahkan oleh yang lain yang menyontek.

        Lapisan kedua, para pegawai negeri. Mereka juga harus bersikap edan, kalau tidak, tidak bisa bagi mereka untuk menang. Buktinya, untuk naik pangkat, mereka harus menyediakan uang pelicin bagi orang-orang tertentu agar kenaikan pangkat mereka cepat. Namun kadang tak perlu uang pelicin, yaitu bagi orang-orang yang memiliki saudara yang menjadi penguasa, mereka akan sangat mudah untuk menaikkan pangkat, dan inilah nepotisme yang berjalan.

         Lapisan terakhir, masyarakat umum. Masyarakat umum juga diwajibkan bersikap edan seperti kedua lapisan sebelumnya. Demi apa? Demi tujuan yang sama seperti sebelumnya; bertahan di jaman edan. Mereka harus curang untuk mendapatkan sesuatu, misalnya para pedagang yang meminimkan biaya produksi namun memaksimalkan keuntungan dengan cara yang salah, seperti menggunakan bahan yang dilarang untuk digunakan.

          Inilah takdir kehidupan yang amat aneh, bahkan juga edan. Berbuat benar disalahkan, sedangkan berbuat salah dibenarkan. Lalu, manakah yang harus kita tempuh?


2 comments:

Unknown mengatakan...

edan semuaaa
sudah tidak ada yang bisa bertahan untuk benar :O

Nuraida mengatakan...

Heeh riz.. semoga kita gak ikut2 edan... tapi kalau gak ikut yaa.. susah :O

Glitter Words

Recent Posts

Recent comments