pancen wolak-waliking jaman
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha
sungguh zaman gonjang-ganjing
menyaksikan zaman gila
tidak ikut gila tidak dapat bagian
yang sehat pada olah pikir
para petani dibelenggu
para pembohong bersuka ria
beruntunglah bagi yang lupa,
masih beruntung yang ingat dan waspada
ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu
raja tidak menepati janji
kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya
banyak rumah di atas kuda
orang makan sesamanya
kayu gelondongan dan besi juga dimakan
katanya enak serasa kue bolu
malam hari semua tak bisa tidur
Penggalan
ramalah Jaman Edan oleh Jayabaya diatas sangatlah tepat dengan kehidupan dunia
sekarang. Jaman edan, dimana orang-orang yang tidak ikut edan, tak akan
mendapat apa-apa. Itulah yang dialami oleh masyarakat dunia juga Indonesia di
berbagai lapisan.
Lapisan
pertama, kaum pelajar, baik murid, pelajar, siswa, maupun mahasiswa. Mereka
harus menjadi edan agar menjadi yang terbaik. Buktinya ialah, mereka terpaksa
harus ikut menyontek karena bila tidak, meraka akan dikalahkan oleh yang lain
yang menyontek.
Lapisan kedua, para pegawai negeri. Mereka juga harus bersikap edan, kalau
tidak, tidak bisa bagi mereka untuk menang. Buktinya, untuk naik pangkat,
mereka harus menyediakan uang pelicin bagi orang-orang tertentu agar kenaikan
pangkat mereka cepat. Namun kadang tak perlu uang pelicin, yaitu bagi
orang-orang yang memiliki saudara yang menjadi penguasa, mereka akan sangat
mudah untuk menaikkan pangkat, dan inilah nepotisme yang
berjalan.
Lapisan terakhir, masyarakat umum. Masyarakat umum juga diwajibkan bersikap
edan seperti kedua lapisan sebelumnya. Demi apa? Demi tujuan yang sama seperti
sebelumnya; bertahan di jaman edan. Mereka harus curang untuk mendapatkan
sesuatu, misalnya para pedagang yang meminimkan biaya produksi namun
memaksimalkan keuntungan dengan cara yang salah, seperti menggunakan bahan yang
dilarang untuk digunakan.
Inilah takdir kehidupan yang amat aneh, bahkan juga edan. Berbuat benar
disalahkan, sedangkan berbuat salah dibenarkan. Lalu, manakah yang harus kita
tempuh?
2 comments:
edan semuaaa
sudah tidak ada yang bisa bertahan untuk benar :O
Heeh riz.. semoga kita gak ikut2 edan... tapi kalau gak ikut yaa.. susah :O
Posting Komentar